WAMENAG
Wamenag: Hati-hati, Jangan ISIS-kan Orang yang Bukan ISIS atau Sebaliknya
Thursday, 14 August 2014 | 15:54
belum matang. Wamenag RI ini menegaskan sebaiknya kita berhati-hati merespon ISIS.
"Jangan sampai kita meng-ISIS-kan orang yang bukan ISIS, atau sebaliknya.Jangan
dan The Nusa Institute yang mengususng tema: “Warning ISIS: Antara Gerakan Ideolgi-Agama vs Gerakan Politik Global” di GedungSasana Amal Bakti Kementerian Agama RI
di Jalan Lapangan Banteng Jakarta Kamis (14/8).
Lebih jauh Nasaruddin menjelaskan bahwa kelebihan ISIS adalah bermodalkan finansial
yang memadai, banyak ahli IT, memiliki jaringan pembelian senjata, berpengalaman dalam perang, serta memiliki keberanian yang tangguh.
Senada dengan Wamenag, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Ansyaad Mbai menegaskan bahwa ISIS telah menganggap dirinya sebagai ‘keponakan Tuhan’ yang bertindak semaunya. Menurutnya, penyebab radikal terorisme itu tidak single factor, tetapi banyak faktor."Saat ini, ada 34 warga Indonesia yang dipastikan telah bergabung ISIS dan seseorang telah tewas", ungkap Ansyaad.
Kepala BNPT ini menegaskan untuk semakin memperkuat Pancasila sebagai ideologi bangsa secara substansial, dirinya mengkritik tuduhan konspirasi terhadap kemunculan ISIS, karena realitas faktual keburukan dan kebiadabannya sudah nyata.
Narasumber lain, Teguh Santosa justru menilai isu ISIS hanyalah persoalan kecil dan temporer. Di balik ISIS itu berkelindan persoalan yang lebih global yang patut kita cermati. Dalam level nasional, ISIS adalah teroris gaya baru. Dosen UIN Jakarta ini mengajukan kesangsian siapa yang lebih diuntungkan dengan kemunculan ISIS. Dosen yang juga berprofesi sebagai jurnaslis mendudukkan ISIS sebagai gerakan fundamentalisme yang bercirikan ketidakmampuan membedakan antara syariat dan fikih.
Sementara itu, Hamka Hasan menyebutkan bahwa ISIS tidak bisa berkembang pesat, terutama di Indonesia, karena mengancam eksistensi banyak hal dan pihak. Meski di awal perkembangannya terbilang pesat, tetapi tidak akan lama. Direktur The Nusa Institute ini juga menandaskan bahwa ISIS memiliki kekuatan dalam ranah ideologi jihad, semangat kejayaan masa lalu, militansi, dan pendanaan. (syamsuddin/foto:bimasislam).emka.
Komentar
Posting Komentar