Sebutan Sei Rampah menurut cerita sejarah orang-orang tua dahulu yaitu adanya seorang pedagang penjual rempah-rempah yang bertempat tinggal ditepi sungai, yang pada zaman itu sungai merupakan salah satu sarana perhubungan air lalu lalang para nelayan dari Bedagai ke Sungai Rampah uuntuk menjualkan hasil laut dan sampai saat ini sungai tersebut masih ada yang membelah dua dsa Sei Rampah dari asal cerita tersebutlah sampai saat ini disebut sungai Rampah. Sungai yang aslinya dahulu berada di jalan Mesjid (sekarang Mesjid Jamik) ketika masa pemerintahan Belanda sampai zaman penjajahan Jepang bahwa tampuk pemerintahan kerajaan masih tetap dipegang oleh Tengku Hafaz dan Kantor Kerapatan kerajaan berada di Sei rampah yang sekarang ini adalah kantor bupati Serdang Bedagai. Ketika zaman Jepang, Het Wd Hoof van Bedagai/raja kerajaan Bedagai bernama Tengku Abdul Djalil. Raja membawahi 4 datuk, masing-masing: Sri Anwar Asmara dipegang oleh datuk Zainal Abidin di Tanjung Beringin Perdana M
Keberadaan Kantor Urusan Agama di Sei Rampah diperkirakan tahun 1946 dengan lokasi kantor berpindah-pindah mulai dari numpang di kantor Camat Sei rampah (sekarang kantor Bupati Serdang Bedagai), kemudian di rumah salah seorang Kepala KUA di Sei Rampah Kota, selanjutnya pernah menempati salah satu kantor (dilokasi Aula Kantor Dinas Pendidikan sekarang), terakhir kantor KUA dengan tanah luas 639 m2 dengan bangunan dari Depatemen Agama berada di samping kantor kepala Desa Sei Rampah (berada di belakang Kantor Dinas Pendidikan Kab. Serdang Bedagai) yang statusnya masih pinjam pakai dari tanah balai umum kecamatan Sei Rampah.untuk kejelasan status tanah kantor di maksud, Ka.KUA menyurati semua pihak termasuk panitia balai umum dan di lakukan berbagai pertemuan sehingga ada kata sepakat mendukung sepenuhnya keberadaan kantor KUA sebagai fasilitas pelayanan keagamaan untuk di hibahkan tanahnya. Sehingga pada tanggal 30 April 2013 di laksanakan penyerahan Hiba
Hadapi Hayati dan Nikmati HADAPI Hadapi semua yang datang dalam kehidupan ini dan jangan coba untuk menghindar bila sejatinya itu memang untuk kita. Baik atau buruk sekalipun, meskipun mencegah jauh lebih baik dari mengobati. Dalam hidup ini tidak terlepas dari yang namanya tantangan, hambatan, kecil atau besar tergantung cara bagaiamana menyikapinya. Hadapi dengan santai tapi serius (Sanse). Santai dalam arti relaksasi agar jiwa bisa tenang menghadapi tidak gegabah atau panik yang dapat menyebabkan timbulnya masalah baru. Serius dalam arti fokus melihat sisi demi sisi penyebab sampai cara penyelesaiannya,; darimana harus memulai, apa penyebabnya, pahami dulu apa masalahnya ibarat medis (diagnosa) setelah tahu penyakitnya barulah dilakukan pengobatan. HAYATI Penghayatan merupakan cara bagaimana kita memahami secara mendalam kondisi yang dihadapi, memahami sisi baik dan buruknya, memahami sebab dan akibatnya dan juga sampai kepada memahami kemungkinan ada hikmah dari
Komentar
Posting Komentar