Malu

h.makmur,ma
BUDAYA MALU
Malu merupakan salah satu sifat manusia yang dominannya lebih cenderung kepada buruk, sebagaimna dikutip dari Wikipedia BI : 
Malu adalah salah satu bentuk emosi manusia.[1] Malu memiliki arti beragam, yaitu sebuah emosipengertianpernyataan, atau kondisi yang dialami manusia akibat sebuah tindakan yang dilakukannya sebelumnya, dan kemudian ingin ditutupinya.[2] Penyandang rasa malu secara alami ingin menyembunyikan diri dari orang lain karena perasaan tidak nyaman jika perbuatannya diketahui oleh orang lain.[2]
Masih dalam kutipan yang sama ditinjau dalam pandangan Islam, Menurut Fadhulullah Al-Jailani : malu adalah perubahan yang menyelubungi seseorang lantaran khawatir kepada sesuatu yang tercela, sesuatu yang sejatinya buruk.[5] Rasa malu dalam Islam dibagi menjadi dua, yaitu yang terberi, yang disebut gharizi dan yang diusahakan yang disebut muktasab.[5]
Rasa malu dalam Islam sangat dihargai, bahkan Allah sendiri dipercayai memiliki rasa malu.[5] Hal ini terdapat dalam sebuah Hadits, "Sesungguhnya Allah ta-ala Maha Pemalu lagi Maha Pemurah, Dia Malu jika seseorang mengangkat kedua tangannya (memohon) kepada-Nya, lalu dia mengembalikan keduanya kosong sia-sia" (Diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dan dinyatakan shahih oleh Al-Albani di dalam Irwa Al-Ghalil, VII/ 367).[5] Oleh karena itu Rasul sangat menganjurkan umat Islam untuk menghiasi diri dengan rasa malu.[5] 
Bahkan Rasulullah SAW memberikan penekanan yang sangat serius :
عَنْ أَبِيْ مَسْعُوْدٍٍ اْلأَنْصَاريِ الْبَدْرِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ((إِنَّ مِـمَّـا أَدْرَكَ النَّاسُ مِنْ كَلاَمِِ النُّبُوَّةِ اْلأُوْلَى : إِذَا لَمْ تَسْتَحْيِ ؛ فَاصْنَعْ مَا شِئْتَ)). رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ. 

Dari Abu Mas’ûd ‘Uqbah bin ‘Amr al-Anshârî al-Badri radhiyallâhu ‘anhu ia berkata, “Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, ‘Sesungguhnya salah satu perkara yang telah diketahui oleh manusia dari kalimat kenabian terdahulu adalah, ‘Jika engkau tidak malu, berbuatlah sesukamu.’”
Imam Ibnul Qayyim Rahimahullâh berkata, “Malu berasal dari kata hayaah (hidup). Hidup dan matinya hati seseorang sangat mempengaruhi sifat malu orang tersebut. Begitu pula dengan hilangnya rasa malu, dipengaruhi oleh kadar kematian hati dan ruh seseorang. Sehingga setiap kali hati hidup, pada saat itu pula rasa malu menjadi lebih sempurna.
Dalam konsep kristen dimana Allah sebagai Bapa sebagai figur yang mengilhami kedekatan yang dapat mengungkapkan perasaannya. "Malu dan rasa beragama, terutama dalam kekristenan memiliki hubungan yang rumit.[3] Seseorang yang memiliki iman atau kepercayaan akan kehadiran Tuhan yang melihat perbuatannya bisa sangat mudah sekali mengalami rasa malu.[3]
Semua agama mendiskripsikan "malu" sebagai bentuk pengawasan individu untuk mawas diri dari melakukan sesuatu yang tidak terpuji dan adanya rasa tidak nyaman. 
Dan bila dihubungkan dengan tugas sebagai aparatur negara saat ini, budaya malu perlu menjadi niat bersama terutama untuk mengupayakan pencapaian keberhasilan reformasi birokrasi, bahkan reformasi di segala bidang demi pencapaian cita-cita bangsa (Faisal Tamin dalam Reformasi Birokrasi,136), dan ciri dari "profesionalisme" secara implisit memuat budaya malu. Saat ini Profesionalisme merupakan salah satu dari 5 (lima) Nilai Budaya Kerja Kementerian Agama yang harus ditegakkan oleh segenap Aparatur Sipil Negara (ASN) di Kementerian Agama Republik Indonesia.
Tentunya, bila dilihat dari apa yang ditegaskan oleh Faisal Tamin dalam 'Jurnal Bisnis & Birokrasi, Mei.2002 : menyebutkan bahwa profesional sejati itu memiliki sifat-sifat : 
1.  Bangga kepada pekerjaannya
2.  Menunjukkan komitmen pribadi pada kualitas
3.  Bertanggungjawab
4.  Antisipatif dan penuh inisiatif
5.  Tidak menunggu perintah
6.  Melibatkan diri secara aktif
7.  Selalu mencari terobosan baru
8.  Selalu belajar dan berusaha meningkatkan kemampuan
9.  Mendengar kebutuhan orang yang dilayani
10.Mempunyai sifat empathy yang tinggi
11.Berlaku jujur
12.Dapat dipercaya dan memegang rahasia yang baik
13.Terbuka pada saran dan kritik
14.Memiliki komitmen moral yang tinggi dan
 15.Sanggup mempertanggungjawabkan kepada Tuhan.
Semoga...kita ANS diberikan kekuatan lahir dan batin serta kesejahteraan untuk dapat menjalankan amanah ini dengan baik dan mengedapan budaya malu melakukan sesuatu yang tidak terpuji. Sebagai 'Abdi Praja' aparatur yang melayani dan bukan dilayani.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sejarah Singkat Kecamatan Sei Rampah

SEJARAH SINGKAT KUA KEC. SEI RAMPAH

H2N