Melarang Tapi Beri Peluang

MELARANG TANPA SOLUSI 
TERKESAN BERI PELUANG
Banyak hal yang aneh yang dirasakan dalam kehidupan saat ini, mulai persoalan politik, ekonomi, sosial, budaya sampai kepada soal etika moral keagamaan, dari kehidupan berkeluarga sampai pada tataran berbangsa dan bernegara.
Orang tua, misalnya, melarang anaknya berhenti sekolah tapi dalam proses perjalanan pendidikan anak tidak diberikan biaya. Orang tua melarang anaknya mencuri, tapi mereka sendiri tidak memberi peluang lapangan pekerjaan.
Seorang Ustadz dalam cermahnya melarang bekerja di pabrik minuman keras karena turut bersama menyumbang kejahatan, tapi sang Ustadz tidak memberikan solusi pekerjaan agar si-pekerja pabrik berhenti dari tempat kerja produksi miras. Demikian juga seorang pemimpin dalam satu perusahaan melarang karyawannya melakukan korupsi, tapi kesejahteraan mereka belum maksimal diperhatikan, bahkan yang menjadi haknya pun terabaikan.
Melarang…melarang..dan melarang tanpa solusi itu sama artinya secara tidak langsung memberikan peluang untuk melanggar dari apa yang dilarang. Dan terkesan, pelarangan seperti ini cenderung pencitraan, hanya enak di dengar tapi sulit di takar, enak dipandang gak enak di sandang.
Sungguh banyak dijumpai dalam literature keagamaan, betapa Allah dan Rasulullahnya mengajarkan  Jika solat tidak mampu berdiri, duduk atau berbaring sehingga dengan itu tidak ada peluang untuk tidak solat, dalam keadaan safar pun masih diberi solusi jama’ dan qashar. Demikian juga tidak sanggup shaum, boleh berbuka dan ganti pada hari lain juga tidak membuka peluang untuk bebas tidak shaum. Lihatlah bagaimana Islam melarang dengan pola ‘tadarruj’ bertahap seperti pengharaman khamar.
Pelarangan dalam konsep mau’izhah al hasanah seperti ini akan memberikan kesan yang sangat mendalam menyintuh nadi kesadaran bagi setiap individu. Seseorang tidak melanggar larangan bukan semata takut pada penegak hukum tapi karena sadar jati dirinya sebagai makhluk Ilahiah, sadar akan amanah yang diembannya, sadar akan keteladanan, dan sadar akan tanggungjawab. Pola didik yang di Ajarkan Allah bukan dengan kekerasan inilah yang harus menjadi patrun bagi pendidikan di negeri ini. 
Banyak hal yang harus diperbaiki di negeri ini, dari kesadaranlah harus dimulai segala perbaikan itu, dan kesadaran akan melukis bila bijak menyentuhnya. Semoga...@emka.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sejarah Singkat Kecamatan Sei Rampah

SEJARAH SINGKAT KUA KEC. SEI RAMPAH

H2N